Cara Menegor dan mendisiplin Jemaat dalam Gereja ( Matius 13 : 15- 20 )
Caranya untuk melaksanakan disiplin dijelaskan dalam Matius 13:15-20.
1. Tegorlah di a di bawah empat mata
- Kita harus pergi dan menemui dia dulu secara pribadi. Jangan menunggu dia datang. Tindakan ini merupakan tindakan kasih
- Tanyakanlah kepadanya tentang dosanya dengan sikap yang terdapat dalam Galatia 6:1
NB : Andaikata ternyata bahwa kitalah yang menyebabkan dia berbuat salah secara langsung atau tiodak langsung kita harus membereskannya dengan mengikuti Matius 5:23-24
c. Di bawah empat mata. Ini berareti jangan kita berkata apa-apa kepada orang
lain sebelum kita sempat berbicara langsung dengan dia dulu. Fakta-fakta yang sebenarnya harus ditentukan dulu.
d. Kadang-kadang kita harus bertemu dia beberapa kali untuk menasehati dia.
e. Jika akhirnya dia mengaku kesalahannya dan bersedia untuk bertobat, proses
disiplin dapat berhenti di sii., Tetapi jika dia tetap tidak mau bertobat terpaksa kita mengambil langkah berikutnya.
- Kita menemui dia lagi dengan membawa satu atau dua orang lain Saksi-saksi ini dapat sangat menolong dalam menjelaskan masalahnya dan ikut mendorong di a untuk bertobat
- Jika dia tetap tidak mau bertobat, perkara ini harus disampaikan kepada Jemaat. Dan seluruh jemaat dipimpin oleh pendeta dan majelis harus bertindak secara resmi sekarang untuk menasehati dia. Jemaat sebaiknya disiapkan untuk langkah ini dengan ajaran-ajaran dari Firman Allah, penjelasan tentang masalahnya dan banyak berdoa. Kesempatan ini dapat dipakai oleh tiap anggota untuk sungguh-sungguh memeriksa dirinya sendiri di hadapan Allah yang Maha suci.
- Jika menolak nasehat Jemaat, barulah dia dikeluarkan dari persekutuan jemaat secara resmi. Tindakan yang terakhir inipun masih bermaksud untuk menginsafkan dia akan dosanya dan memimpin dia ke jalan yang benar.
Jika akhirnya dia bertobat, maka tanggung jawasb jemaat baik secara keseluruhan maupun secara pribadi adalah untuk menyatakan kasih mereka kepadanya, mengampuni dia dan menerima dia kembali sepenuhnya.
“Bagi orang yang demikian sudahlah cukup tegoran dari sebagaian besar dari kamu, sehingga kamu sebaliknya harus mengampuni dan menghibur dia, supaya ia jangan binasa oleh kesedihan yang terlampau berat. Sebab itu aku menasehatkan kamu, supaya kamu sungguh-sungguh mengasihi dia … supaya iblis jangan beroleh keuntungan atas kita, sebab kita tahu apa maksudnya” (II Korintus 2:6-8, 11)